PALU--MICOM: Masdudin, 45, warga Desa Malei Kecamatan Balaesang Tanjung
Donggala, Sulawesi Tengah, dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Sulteng. Masdudin adalah salah seorang korban tertembak saat bentrok
warga dengan polisi.
Pantauan di RS Bhayangkara Palu, Masdudin tiba di Palu dengan menggunakan ambulans Puskesmas Tompe dengan pengawalan dua anggota polisi bersenjata. Korban tiba di RS Bhayangkara Palu, Kamis (19/7) sekitar pukul 02.00 Wita, Masdudin langsung dievakuasi ke ruang Unit Gawat Darurat.
Selain Masdudin, ada empat warga lain yang menjadi korban tembak yaitu Aidil, 30, Culi, 37, Aksan, 40, dan Ma'ruf, 28. Aidil terluka tembak di betis kiri tembus ke lutut, Culi luka tembak di paha kiri, Aksan luka tembak bahu kanan belakang, dan Ma'ruf terluka tembak di bokong. Akan tetapi, keempat orang itu memilih bertahan di hutan karena takut ditangkap bila kembali ke rumah.
Para warga itu bentrok dengan polisi karena menolak rencana eksploitasi sebuah perusahaan pertambangan bijih emas yang mengklaim memiliki konsesi pertambangan bijih emas di lahan seluas sekitar 5.000 hektare yang meliputi wilayah perkebunan di 18 desa yang ada di dua kecamatan itu.
Sebelumnya, masyarakat dari sejumlah desa meluapkan amarah dengan membakar kamp perusahaan beserta dua unit alat berat yang ada di lokasi. Masyarakat juga merusak 20 rumah warga lainnya karena dianggap mendukung rencana eksplorasi bijih emas. Satu di antara rumah tersebut adalah milik anggota DPRD Donggala Goesetra. (HF/Ant/OL-04)
Pantauan di RS Bhayangkara Palu, Masdudin tiba di Palu dengan menggunakan ambulans Puskesmas Tompe dengan pengawalan dua anggota polisi bersenjata. Korban tiba di RS Bhayangkara Palu, Kamis (19/7) sekitar pukul 02.00 Wita, Masdudin langsung dievakuasi ke ruang Unit Gawat Darurat.
Selain Masdudin, ada empat warga lain yang menjadi korban tembak yaitu Aidil, 30, Culi, 37, Aksan, 40, dan Ma'ruf, 28. Aidil terluka tembak di betis kiri tembus ke lutut, Culi luka tembak di paha kiri, Aksan luka tembak bahu kanan belakang, dan Ma'ruf terluka tembak di bokong. Akan tetapi, keempat orang itu memilih bertahan di hutan karena takut ditangkap bila kembali ke rumah.
Para warga itu bentrok dengan polisi karena menolak rencana eksploitasi sebuah perusahaan pertambangan bijih emas yang mengklaim memiliki konsesi pertambangan bijih emas di lahan seluas sekitar 5.000 hektare yang meliputi wilayah perkebunan di 18 desa yang ada di dua kecamatan itu.
Sebelumnya, masyarakat dari sejumlah desa meluapkan amarah dengan membakar kamp perusahaan beserta dua unit alat berat yang ada di lokasi. Masyarakat juga merusak 20 rumah warga lainnya karena dianggap mendukung rencana eksplorasi bijih emas. Satu di antara rumah tersebut adalah milik anggota DPRD Donggala Goesetra. (HF/Ant/OL-04)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar