INILAH.COM, Jakarta - Ulama di Kota Palu, Sulawesi Tengah, prihatin atas nasib umat Muslim Rohingya, Myanmar. Ketua Umum Pengurus Besar Alkhairaat Palu, Habib Ali bin Muhammad Aljufri meminta pemerintah Indonesia bertindak tegas dengan mengembalikan Dubes Myanmar ke negaranya.
"Bila perlu kita mengambil tindakan, dubes mereka dikembalikan ke negaranya," tandas Habib Ali di Palu, Rabu (1/8/1202).
Menurut Habib Ali, PB Alkhairaat dan Abnaulkhairaat mengutuk dan mengecam pembantaian ribuan Muslim Rohingya. Apa yang dilakukan Myanmar sudah di luar batas kemanusian. Hal ini sangat tidak sesuai dengan ajaran agama dan aturan negara manapun.
Secara agama, ini adalah kezaliman yang harus ditolak. "Diperlukan bertoleransi dalam beragama, Buddha hidup di Indonesia tanpa ada tekanan tanpa ada permusuhan. Bagi kita siapapun yang melakukan kezaliman itu adalah musuh," ujar Habib Ali.
Dia menilai semestinya Myanmar memberikan hak kepada Muslim Rohingya karena mereka sudah lama menetap di negara tersebut.
Menurut dia, pemerintah Indonesia lamban dalam menyelesaikan ini. Kalaupun berdiplomasi pemerintah, ternyata gagal, karena itu Indonesia harus tegas.
"Walaupun mereka bagian dari ASEAN, tapi ASEAN berdiri untuk menegakan keadilan. ASEAN didirikan dalam membangun kehidupan masyarakat, pun negara Myanmar," kata dia.
Keprihatinan serupa datang dari Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Sulteng. Ketua IKADI Sulteng, Muhammad Ali Lamu mengatakan, tragedi kemanusiaan ini seharusnya disikapi semua pihak bukan hanya kaum Muslimin. Karena ini adalah pembantaian dan pembersihan etnik.
"IKADI bersama 12 ormas Islam yang lainnya bergabung lembaga persahabatan ormas Islam telah meminta pemerintah RI mengajukan protes resmi ke pemerintah Myanmar dan PBB agar tidak melakukan standar ganda terhadap kasus Rohingya dan menyesalkan lambatnya respon pemerintah terhadap kasus ini," kata dia.
Secara lokal, IKADI Sulteng mengimbau masyarakat Sulteng peduli terhadap peristiwa ini. Minimal mendoakan saudara Muslim Myanmar di bulan Ramadan ini. [yeh]
"Bila perlu kita mengambil tindakan, dubes mereka dikembalikan ke negaranya," tandas Habib Ali di Palu, Rabu (1/8/1202).
Menurut Habib Ali, PB Alkhairaat dan Abnaulkhairaat mengutuk dan mengecam pembantaian ribuan Muslim Rohingya. Apa yang dilakukan Myanmar sudah di luar batas kemanusian. Hal ini sangat tidak sesuai dengan ajaran agama dan aturan negara manapun.
Secara agama, ini adalah kezaliman yang harus ditolak. "Diperlukan bertoleransi dalam beragama, Buddha hidup di Indonesia tanpa ada tekanan tanpa ada permusuhan. Bagi kita siapapun yang melakukan kezaliman itu adalah musuh," ujar Habib Ali.
Dia menilai semestinya Myanmar memberikan hak kepada Muslim Rohingya karena mereka sudah lama menetap di negara tersebut.
Menurut dia, pemerintah Indonesia lamban dalam menyelesaikan ini. Kalaupun berdiplomasi pemerintah, ternyata gagal, karena itu Indonesia harus tegas.
"Walaupun mereka bagian dari ASEAN, tapi ASEAN berdiri untuk menegakan keadilan. ASEAN didirikan dalam membangun kehidupan masyarakat, pun negara Myanmar," kata dia.
Keprihatinan serupa datang dari Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Sulteng. Ketua IKADI Sulteng, Muhammad Ali Lamu mengatakan, tragedi kemanusiaan ini seharusnya disikapi semua pihak bukan hanya kaum Muslimin. Karena ini adalah pembantaian dan pembersihan etnik.
"IKADI bersama 12 ormas Islam yang lainnya bergabung lembaga persahabatan ormas Islam telah meminta pemerintah RI mengajukan protes resmi ke pemerintah Myanmar dan PBB agar tidak melakukan standar ganda terhadap kasus Rohingya dan menyesalkan lambatnya respon pemerintah terhadap kasus ini," kata dia.
Secara lokal, IKADI Sulteng mengimbau masyarakat Sulteng peduli terhadap peristiwa ini. Minimal mendoakan saudara Muslim Myanmar di bulan Ramadan ini. [yeh]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar