Jumat, 01 Juni 2012

Hotel Bisa Berfungsi Tempat Berlindung Korban Bencana

PALU--MICOM: Pengamat gempa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Subagyo mengatakan hotel di Kota Palu bisa menjadi tempat berlindung sementara saat terjadi bencana alam karena letaknya yang mudah dijangkau.

Saat seminar "Observasi Gempa dan Mitigasi Bencana Alam" yang dilaksanakan di Universitas Tadulako Palu, Jumat (1/6), dia mengatakan sebagian besar hotel di Kota Palu berada di lokasi aman.

Dia mengatakan, Kota Palu adalah daerah rawan bencana alam, seperti gempa bumi, banjir atau tsunami namun belum ada tempat khusus untuk dijadikan tempat berlindung bagi masyarakat saat terjadi bencana.

Pada 24 Januari 2005 pukul 04.10 WITA, gempa bumi berkekuatan 6,2 pada Skala Richter (SR) mengguncang Palu. Saat itu, masyarakat panik dan berhamburan lari keluar rumah menuju dataran lebih tinggi karena takut air laut akan naik. Padahal saat itu pusat gempa berada di darat.

"Kondisi seperti itu harus tidak terulang lagi, sehingga hotel bisa dijadikan shelter saat terjadi bencana," kata Subagyo.

Perkembangan hotel di Ibu Kota Sulawesi Tengah saat ini tergolong pesat mengingat tingkat penghuniannya selalu berada di atas 60 persen. Sejumlah hotel saat ini sedang dibangun di Kota Palu. Menurut Subagyo, hotel adalah alternatif bagi masyarakat yang bingung mencari tempat berlindung sementara sebelum petugas menyediakan tenda darurat sesaat terjadi bencana.

Subagyo sudah sejak belasan tahun silam meneliti gempa di Kota Palu dan sejumlah daerah di Sulawesi Tengah. Menurut dia, karakteristik geologi di Sulawesi Tengah menarik diteliti karena dilewati Sesar Palu Koro yang panjangnya mencapai 1.000 kilometer membentang di Selat Makassar.

Sesar Palu Koro yang aktif itu menjadikan Sulawesi Tengah sebagai daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Namun demikian, satu siklus tsunami di Palu dibutuhkan waktu selama 200 tahun.

Saat ini tiga ilmuwan asal Jepang akan meneliti gempa bumi di Palu sekaligus memberikan pelatihan kepada mahasiswa dan masyarakat setempat. Ketiga ilmuwan itu adalah Junji Kiyono dari Universitas Kyoto, serta Yusuke Ono dan Tatsuya Noguchi dari Universitas Tottori. (Ant/OL-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar